Disfungsi Seksual Pada Wanita




Pada saat wanita tidak mampu menikmati hubungan intim, seringkali perangkap psikologis dianggap penyebabnya. Padahal kesakitan bisa muncul akibat kondisi fisiknya.

Selama ini, istilah disfungsi seksual seolah-olah hanya milik kaum pria, karena dianggap tidak mungkin organ tubuh wanita mengalami hal ini. Kalaupun ada perhatian pada persoalan ini, ketidakmampuan wanita menikmati hubungan seksual seringkali dianggap terkait erat dengan faktor psikologis.

Sesungguhnya faktor fisiologis bisa menjadi penyebab masalah ketidakmampuan wanita menikmati hubungan seksual. Bahkan masalah ini bukan hanya menimpa pengantin baru, tapi bisa terjadi juga pada wanita yang sudah lama menikah. Bila digambarkan, kondisinya mulai dari rasa sakit dan nyeri saat berhubungan intm sampai gagalnya penetrasi akibat kondisi vagina.

Lalu, apa saja penyebab disfungsi seksual ini?

  • Belum terbiasa melakukan hubungan intim atau biasa disebut penyakit pengantin baru, karena belum terbiasa melakukan hubungan intim, membuat wanita merasa tidak nyaman dan kesakitan. Penyebabnya beragam, mulai dari suami kurang sabar, wanita ketakutan, atau karena terburu-buru sehingga vagina kurang pelumasan. Kadang secara tak sadar, wanita membuat tubuhnya bereaksi menolak pasangannya, sehingga permasalahan menjadi berlarut-larut. Situasi ini terjadi karena pasangan kurang mendapat informasi tentang seluk beluk fisiologis dan teknik bercinta.
  • Dispareunia ; yaitu suatu keadaan dimana seorang wanita merasa nyeri saat berhungan seksual, tapi tidak terjadi kekejangan kuat yang abnormal, sehingga pada dasarnya hubungan seksual tetap bisa dilakukan namun terganggu karena rasa sakit, dan umumnya pada keadaan ini wanita tidak menikmati orgasme.
  • Vaginismus ; yaitu keadaan dimana otot sekitar vagina mengejang sesaat sebelum penetrasi terjadi. Setiap sentuhan pada organ seksual menyebabkan kekejangan pada otot luar dan sekitarnya diikuti rasa sakit. Penyebab vaginismus ditinjau dari segi fisiologis bisa terjadi akibat gangguan selaput dara (termasuk sisa selaput dara yang mengalami peradangan dan tertarik saat berhubungan intim), dan juga bisa karena infeksi di sekitar vagina. Umumnya, vaginismus terjadi erat kaitannya dengan gangguan psikologis.
  • Pembedahan pada daerah panggul (pelvis); Bagi yang pernah menjalani operasi di daerah panggul, harus waspada pada kemungkinan terkena gangguan disfungsi seksual. Gangguan pada otot di sekitar panggul bisa berakibat rasa sakit di seputar vagina.
  • Resiko karena penyakit ; Wanita yang mengidap penyakit diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi akan beresiko terkena disfungsi seksual. Juga wanita perokok berat dan yang sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Semua itu berpengaruh pada kurangnya pelumasan vagina, akibatnya hubungan intim terasa menyakitkan.
  • Menopause ; Pada saat wanita memasuki masa menopause, gairah seksualnya akan cenderung menurun. Ini dapat digolongkan juga sebagai gejala disfungsi seksual. Selain itu, zat pelumas vagina sudah sangat berkurang. Namun kondisi ini seharusnya disadari sebagai suatu hal alami yang bisa terjadi pada setiap wanita.
Dalam buku For Woman Only, Jennifer Berman M.D. dan Laura Berman, Ph.D mendefinisikan disfungsi seksual sebagai gangguan fungsi seksual karena adanya kegelisahan dan perasaan negatif lain pada saat berhubungan intim. Atau, suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegagalan berhubungan intim. Hal ini bisa disebabkan karena faktor fisiologis dan psikologis, mulai dari kehilangan gairah seksual, tidak mudah terangsang, tidak mengalami orgasme, dan rasa sakit saat berhubungan intim.

Pada saat gangguan ini terjadi, sudah seharusnya dikomunikasikan pada pasangan. Gangguan ini bukanlah melulu persoalan si wanita, dan dampaknya dapat merusak keharmonisan kehidupan seksual pasangan.

Memang tidak mudah untuk melakukan hal itu, karena seperti telah dikatakan diatas bahwa disfungsi seksual sering dianggap hanya terjadi pada pria. Mana ada sih wanita impoten? Begitu tanggapan yang mungkin bisa muncul, dan lebih repot lagi kalo nantinya si pria malah menyalahkan dirinya sendiri dengan anggapan tak mampu membahagiakan pasangannya.

Konsultasi pada ahli adalah jalan keluar yang terbaik. Ahli medis pertama yang bisa dikunjungi adalah dokter kandungan. Dokter akan mencari penyebab dasar dulu, faktor psikologis atau fisiologis, atau bahkan mungkin keduanya. Misalnya, dispareunia bila disebabkan oleh infeksi pada organ seksual, maka infeksi ini yang harus diatasi dulu. Atau pada gangguan vaginismus, bila bukan akibat gangguan psikologis, kekejangan otot vagina yang abnormal ini akan diatasi dengan alat dilator dan latihan fisik. Bila penyebabnya gangguan psikologis, maka penanganan secara kejiwaan akan dilakukan oleh dokter ahli jiwa.

Dan, untuk konsultasi itu memang sangat dianjurkan suami ikut serta. Pihak konsultan akan punya gambaran tentang kehidupan seksual pasiennya, sehingga mengetahui penyebab disfungsi seksual tersebut. Bila diperlukan, atau dianggap kondisi yang dihadapi wanita itu berkaitan dengan masalah psikologis pasangannya, maka sang suami pun dianjurkan untuk konsultasi juga ke ahli jiwa. Paling tidak, suami tahu bagaimana membantu secara moril sang istri dan mendukung kesembuhannya.

Jadi, kunci kesembuhan disfungsi seksual terletak pada kesediaan wanita untuk mengkomunikasikan nya pada pasangan.

Semoga bermanfaat.. :)


Sumber : Majalah FIT






0 comments:

Post a Comment

SUBSCRIBE

Instagram